Ibnu Majah telah menuturkan riwayat dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhu dengan isnad yangg shahih : Aku diberitahu Umar bin al-Khatthab radhiyallahu ‘anhu seraya berkata : Aku pernah masuk ke rumah Rasulullah SAW. Saat itu baginda tengah berada di atas tikar sederhana. Aku pun duduk, ternyata diatasnya dilapisi dengan sarung baginda, dan tidak ada alas yang lain, selain tikar itu. Tikar itu pun membekas dibagian lambung baginda. Ketika aku membawa gandum kira-kira satu sha’ (2,176 kg), dan di salah satu sudut kamar baginda terdapat lemari, ternyata hanya ada kulit bergantung. Maka, kedua mataku pun tak kuasa menahan air mata.
Nabi pun bertanya, “Apa yang membuatmu menangis, wahai Ibn al-Khatthab?”
Umar mnejawab, “Wahai Nabi Allah, bagaimana aku tidak menangis , tikar ini telah membekas di lambung Tuan. Dan, lemari Tuan ini, aku tidak melihat apa pun di sini, kecuali apa yang bisa aku lihat. sementara Kisra dan Kaisar bergelimang dg buah-buahan dan sungai yang luas, padahal Tuan adalah Nabi Allah dan hamba pilihan-NYA, dan isi lemari Tuan hanya seperti ini.
Nabi pun bersabda, "wahai Ibn al-Khatthab, apakah engkau tidak rela , jika kita mendapatkan akhirat, sementara mereka hanya mendapatkan dunia?". Baginda juga menyatakan, "mereka itu kebaikannya disegerakan, dan semuanya itu dengan mudah hilang. sementara kita adalah kaum, yang kebaikan kita ini telah diakhirkan di akhirat kita." Demikianlah sebagaimana yg dituturkan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak'ala as-Shahihain.
Suatu ketika, seorang wanita Anshar masuk kerumahku, kata 'Aisyah, lalu dia melihat tempat tidur Rasulullah SAW yaitu kain beludru yangg terlipat. Wanita itu pun mengirimkan kepadaku tempat tidur yang terbuat dari kain wol. Tiba-tiba Rasulullah masuk ke rumah, dan bertanya, "ini apa wahai 'Aisyah?" Aku pun menjawab, "wahai Rasulullah, Fulanah dari kaum Anshar telah masuk kerumah setelah dia melihat tempat tidur tuan, maka dia pun pergi, lalu mengirimiku ini." Nabi SAW bersabda, "wahai 'Aisyah, kembalikan...demi Allah, kalau aku mau, Allah akan memberikan kepadaku gunung emas dan perak."demikian dituturkan oleh al-Baihaqi, dalam as-Sunan al-Kubra-nya.
Bahkan suatu ketika malaikat Jibril pun datang menghampiri Baginda, seraya menawarkan kepada baginda untuk menjadikan tanah Makkah menjadi emas bagi baginda SAW. Nabi nan agung itu pun menolaknya, seraya mengatakan kepada Jibril, "cukuplah bagiku makanan sehari, dan lapar sehari," begitulah sikap manusia agung itu.
maka Baginda pun memohon kepada Allah, "Ya Allah hidupkanlah hamba-MU ini sebagai orang miskin; Wafatkanlah hamba-MU ini sebagai orang miskin; bangkitkanlah hamba-MU ini kelak juga bersama-sama orang miskin."
Subhanallah, begitulah kezuhudan Nabi SAW. Meski baginda SAW bisa saja mendapatkan kenikmatan dunia dan seisinya, tetapi baginda SAW tidak memilih hal itu...
Lalu bagaimana dengan diri-diri kita yangg hidup di zaman ini...?????
Sudahkah kita mampu menundukkan hawa nafsu kerakusan kita untuk bergelimang dengan harta di dunia yang hanya kita lalui sesaat ini....????
Mari kita tengok para penguasa-penguasa kita,,,, Sudahkah mereka meneladani kezuhudan Rasulullah, atau malah sebaliknya kerakusan untuk bergelimang harta menjadi prioritas utama....?????
Mari kita merenung sejenak untuk mengintropeksi diri yang berlumur dengan sejuta kerakusan duniawi....
Semoga Sepintas Sirah Rosulullah tersebut mampu mengetuk pintu fikiran, hati dan jiwa kita untuk senantiasa berhati-hati dalam menjalani kehidupan dunia ini... AMIIIN