Pada tahun 2008 di Jepang diperkenalkan sebuah teknologi paling mutakhir, yaitu robot resepsionis. Robot ini dapat bertidak layaknya resepsionis manusia seperti menerima telepon, menyalurkan ke nomor ekstensi, menanyakan keperluan tamu, dan menunduk ala budaya Jepang kepada tamu yang datang.
Inilah salah satu dari bentuk kemajuan teknologi Jepang, disamping teknologi-teknologi lainnya, seperti otomotif, transportasi, infrastruktur dan sebagainya. Dalam bidang transportasi Jepang berhasil mengatur jadwal Kereta Api sampai ketepatan yang akurat, jika kereta datang jam 10.34 maka kereta itu akan tepat datang jam dan menit yang tepat di Stasiun.
Jika secara teknologi sangat maju dan secara Ekonomi makmur, masihkah rakyat Jepang menghadapi masalah? Ternyata iya. Menurut Prof. Hassan Ko Nakata (Guru Besar Universitas Dosisha Kyoto ), masalah besar yang dihadapi masyarakat Jepang adalah kenyataan bahwa mental orang Jepang membebek ( diperbudak ) oleh Barat, tingginya stress dan bunuh diri yaitu sekitar 30.000 orang per tahun, karena tingginya tuntutan standar hidup dan gaya hidup.
Prof. Hassan Ko Nakata mengatakan, masyarakat Jepang hidup makmur tapi tidak bahagia. Tidak hanya secara sosial psikologis tapi juga secara agama orang Jepang juga bermasalah, tidak hanya Islam tapi semua agama yang ada tidak laku bagi orang Jepang. Agama bagi orang jepang sudah out of mind alias sudah tidak diperdulikan lagi.
Meski orang Jepang tidak peduli pada agama, namun sesungguhnya mereka haus nilai-nilai spiritual, namun cara mereka memenuhi nilai spiritual itu yang sangat aneh, orang Jepang sangat suka dengan tahayul dan mistik (anehkan). Kuil Asakusa adalah tempat yang sering didatangi orang Jepang, kuil tertua ini sangat terkenal, percayalah bahwa orang Jepang yang secara teknologi dan ekonomi begitu maju, mutakhir dan rasional serta berakal, tapi untuk masalah rohani (spiritual) mereka begitu dungu, bloon dan primitif. Cukup bayar 300 yen ( Rp. 24000), orang jepang membeli kertas ramalan yang dijadikan pedoman hidupnya selama satu minggu, kemudian kertas itu dibakar, dan mereka sangat percaya terhadap apa yang tertulis di kertas ramal itu.
Terakhir mereka melempar sejumlah uang logam ke dalam sebuah tempat di bawah patung Sinto untuk keberuntungan dan hoki, ketika uang recehan di tempat itu penuh maka tutup bagian bawah akan otomatis membuka, dan coba tebak siapa yang menunggu di bawahnya, ternyata adalah orang-orang gila (tidak waras) akan memperebutkan uang itu. Jadi siapa sebenarnya yang waras??.
Di Jepang juga ada sekitar 18000 sekte kepercayaan, yang paling terkenal adalah sekte Aum Sinkriyo yang dipimpin oleh Oto Asahara seorang bekas pedagang kaki lima yang frustasi dan bangkrut. Ajaran sekte yang tidak bermutu ini kepada para pengikutnya adalah menyerahkan harta bendanya secara ikhlas kepada pemimpin sekte yaitu si Oto Asahara itu.
Inilah pembangunan yang tidak disertai nilai-nilai rohani ( spiritual) serta nilai-nilai keTuhanan yang transendental, di satu sisi dapat memberikan kemajuan materi luar biasa tapi di sisi lain justru membuat masyarakatnya menjadi bebek-bebek yang tidak berguna, hidup kehilangan arah, menderita secara jiwa, dan problem sosial yang parah. Jepang memang secara teknologi maju tapi secara rohani mereka tidak jauh beda dengan manusia purba
Hanya Islamlah yang mampu mewujudkan kemajuan materi dan spiritual yang luar biasa, dan mampu menggabungkan aspek materi dan rohani yang mampu membangkitkan umat ke arah kebangkitan yang hakiki.
TIADA KEJAYAAN TANPA ISLAM, TIADA ISLAM TANPA SYARIAT, DAN TIADA SYARIAT TANPA KHILAFAH
HANYA ISLAM AGAMA KITA DAN AGAMA ASLI SELURUH MANUSIA DI DUNIA
0 komentar:
Posting Komentar