Jika seseorang berharap bisa mengubah jiwa dan ruhnya menjadi lebih baik dan lebih tercerahkan bak seekor ulat yang ingin mengubah dirinya menjadi kupu-kupu, seseorang tidak bisa hanya berpuasa dari nafsu perut dan seksnya. Ia juga mesti berpuasa dari pikiran-pikiran buruk.
Imam Ali bin Abi Thalib as mengatakan, "Puasa kalbu dari pikiran-pikiran berdosa, lebih utama ketimbang puasa perut dari makanan."
"Puasa hati lebih baik dari puasa lisan, puasa lisan lebih baik dari puasa perut."
"Puasa jiwa dari kelezatan-kelezatan duniawi adalah puasa yang paling bermanfaat.
Manusia modern lebih suka berpaling ke budaya Barat ketimbang budaya orang-orang shalih. Mereka sibuk memenuhi makanan bergizi bagi putra-putri mereka seraya mengabaikan gizi iman dan taqwa. Bergizi tapi diperoleh dari cara yang haram.
Sesungguhnya jika kita adakan penelitian dengan seksama, orang lebih banyak mati karena banyak ragamnya makanan yang masuk ke dalam perutnya ketimbang karena perut yang kosong karena kekurangan makanan.
Walaupun begitu ini bukan sebuah apologia bagi pembenaran atas tindakan kaum penindas, koruptor dan manipulator. Adalah berbeda orang yang mendidik diri dengan berlapar diri dengan orang-orang yang menderita kelaparan akibat tindakan kaum penindas yang merampas hak-hak orang miskin.
Imam Ja'far al-Shadiq as berujar, "Tak satupun yang lebih memudaratkan orang-orang mu'min ketimbang banyaknya makan, karena yang demikian itu mewariskan dua kejelekan : kesatnya hati dan bangkitnya syahwat."
0 komentar:
Posting Komentar